Malam ini, sehabis saya membaca
blognya Dr. Afie, saya bener-bener merasa selama ini saya terlalu
menyia-nyiakan waktu, sehingga banyak pr saya terbengkalai, sholat 5 waktu
jarang sekali terlaksana, ke sekolah sering telat, dan masih banyak lagi. Semua
karena kesalahan saya suka mengulur-ulur waktu. Banyak akibat yang saya rasakan
akibat mengulur-ulur waktu, misalkan pada saat saya mengikuti lomba
cerdas-cermat UUD 1945 dan TAP MPR tahun 2011, pada saat itu saya benar-benar
sangat santai dan menganggap lawan kami adalah orang yang mudah di taklukan
*sombong sekali* alhasil saya tidak terlalu serius belajar, saya disuruh
belajar tetapi ngga pernah bener-bener focus, yang lain pada belajar saya malah
internetan yang ngga penting dan ngga ada hubungannya sama kesiapan untuk lomba
tersebut, pokoknya saya ngga serius, saya terlalu main-main. Dan tibalah lomba
tersebut, kami bertanding melawan 2 regu yang berasal dari SMA di luar Ambon,
dan saya masih saja tetap santai dan berpikir bahwa sekolah kami yang akan
mengalahkan 2 sekolah tersebut.
Saat sesi tanya-jawab berlangsung….
Tibalah pertanyaan yang mengarah
pada hafalan saya, yakni mengenai pasal 18, yang berisi tentang Otonomi daerah.
Saya tidak begitu cermat dalam menangkap maksud soal tersebut dan akhirnya
mendapatkan -5.
Acara berakhir….
Ternyata kami hanya bisa berada pada
posisi kedua, dan perlu kalian tahu, saya tidak menyalahkan diri saya sendiri,
tetapi malah menyalahkan orang lain akibat kelalaian saya sendiri *tragis
memang* saya sungguh tidak berprikemanusiaan, saya selalu mencari yang
hitam-hitam untuk disalahkan atas perbuatan saya sendiri *maaf*, semua berawal
dari suka mengulur-ulur waktu, disuruh belajar, saya malah santai, disuruh
serius, saya malah bercanda, dan lain sebagainya. Saya cenderung menyalahkan
orang lain atas kelalaian saya sendiri, saya yang tidak cermat dan teliti
akhirnya menerima buahnya.
Dalam blognya Dr. Afie, beliau
menceritakan tentang pengalaman beliau selama di Jepang. Beliau lebih tertarik
membahas budaya on-time orang Jepang. Di Jepang, tidak peduli alasan yang akan
dipakai sebagai pembenar keterlambatan kita, terlambat adalah terlambat, TITIK.
Karena itu, bagi yang akan ke Jepang atau baru saja tinggal di Jepang,
segeralah beradaptasi dengan budaya on-time, dan segera tinggalkan budaya jam
karet. Di Jepang, janjian pukul 13.00 itu berarti 13.00, bukan 13.01. Jangan
kaget kalau kita telat beberapa menit sudah ditinggal. Batas pengumpulan berkas
jam 17.00 itu berarti jam 17.00 bukan 17.01. Jangan kaget meskipun hanya telat
beberapa menit berkas kita benar-benar ditolak.
Ketika membaca blog ini, saya sadar,
ketika saya mengadakan janji dengan teman-teman saya untuk ngumpul jam 16.00 di
sekolah untuk latihan upacara, eh saya malah dari rumah jam 16.00, padahal
sebenarnya saya harus 5-10 menit sebelumnya sudah berada di sekolah. Alhasil,
karena sudah takut dimarahin oleh teman-teman, ketika nungguin angkotnya lama
banget, saya malah marah marah ngga jelas, ngedumel dalam hati, yah pokoknya
comel banget. Semua karena keterlambatan a.k.a suka ngaret :(
Kata orang, orang pintar adalah mereka yang tidak mengulangi kesalahan yang pernah
dibuatnya, sedangkan orang yang bijaksana adalah mereka yang tidak mengulangi
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Padahal saya selalu mengulangi
kesalahan yang pernah saya buat *berarti saya bukan orang pintar* *smile*
Dan mulai sekarang saya akan
budayakan budaya on-time :) Bagaimana dengan anda?