Breaking News

Tuesday, 5 November 2013

Budayakan Budaya ON TIME


Malam ini, sehabis saya membaca blognya Dr. Afie, saya bener-bener merasa selama ini saya terlalu menyia-nyiakan waktu, sehingga banyak pr saya terbengkalai, sholat 5 waktu jarang sekali terlaksana, ke sekolah sering telat, dan masih banyak lagi. Semua karena kesalahan saya suka mengulur-ulur waktu. Banyak akibat yang saya rasakan akibat mengulur-ulur waktu, misalkan pada saat saya mengikuti lomba cerdas-cermat UUD 1945 dan TAP MPR tahun 2011, pada saat itu saya benar-benar sangat santai dan menganggap lawan kami adalah orang yang mudah di taklukan *sombong sekali* alhasil saya tidak terlalu serius belajar, saya disuruh belajar tetapi ngga pernah bener-bener focus, yang lain pada belajar saya malah internetan yang ngga penting dan ngga ada hubungannya sama kesiapan untuk lomba tersebut, pokoknya saya ngga serius, saya terlalu main-main. Dan tibalah lomba tersebut, kami bertanding melawan 2 regu yang berasal dari SMA di luar Ambon, dan saya masih saja tetap santai dan berpikir bahwa sekolah kami yang akan mengalahkan 2 sekolah tersebut.

Saat sesi tanya-jawab berlangsung….

Tibalah pertanyaan yang mengarah pada hafalan saya, yakni mengenai pasal 18, yang berisi tentang Otonomi daerah. Saya tidak begitu cermat dalam menangkap maksud soal tersebut dan akhirnya mendapatkan -5.

Acara berakhir….

Ternyata kami hanya bisa berada pada posisi kedua, dan perlu kalian tahu, saya tidak menyalahkan diri saya sendiri, tetapi malah menyalahkan orang lain akibat kelalaian saya sendiri *tragis memang* saya sungguh tidak berprikemanusiaan, saya selalu mencari yang hitam-hitam untuk disalahkan atas perbuatan saya sendiri *maaf*, semua berawal dari suka mengulur-ulur waktu, disuruh belajar, saya malah santai, disuruh serius, saya malah bercanda, dan lain sebagainya. Saya cenderung menyalahkan orang lain atas kelalaian saya sendiri, saya yang tidak cermat dan teliti akhirnya menerima buahnya.

Dalam blognya Dr. Afie, beliau menceritakan tentang pengalaman beliau selama di Jepang. Beliau lebih tertarik membahas budaya on-time orang Jepang. Di Jepang, tidak peduli alasan yang akan dipakai sebagai pembenar keterlambatan kita, terlambat adalah terlambat, TITIK. Karena itu, bagi yang akan ke Jepang atau baru saja tinggal di Jepang, segeralah beradaptasi dengan budaya on-time, dan segera tinggalkan budaya jam karet. Di Jepang, janjian pukul 13.00 itu berarti 13.00, bukan 13.01. Jangan kaget kalau kita telat beberapa menit sudah ditinggal. Batas pengumpulan berkas jam 17.00 itu berarti jam 17.00 bukan 17.01. Jangan kaget meskipun hanya telat beberapa menit berkas kita benar-benar ditolak.

Ketika membaca blog ini, saya sadar, ketika saya mengadakan janji dengan teman-teman saya untuk ngumpul jam 16.00 di sekolah untuk latihan upacara, eh saya malah dari rumah jam 16.00, padahal sebenarnya saya harus 5-10 menit sebelumnya sudah berada di sekolah. Alhasil, karena sudah takut dimarahin oleh teman-teman, ketika nungguin angkotnya lama banget, saya malah marah marah ngga jelas, ngedumel dalam hati, yah pokoknya comel banget. Semua karena keterlambatan a.k.a suka ngaret :(

Kata orang, orang pintar adalah mereka yang tidak mengulangi kesalahan yang pernah dibuatnya, sedangkan orang yang bijaksana adalah mereka yang tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Padahal saya selalu mengulangi kesalahan yang pernah saya buat *berarti saya bukan orang pintar* *smile*
Dan mulai sekarang saya akan budayakan budaya on-time :) Bagaimana dengan anda?




No comments:

Post a Comment